KASAD Dudung Sampaikan Orasi Ilmiah pada Wisuda Unkris, Ingatkan Bahaya Liberalisme

 Universitas Krisnadwipayana (Unkris) menggelar wisuda bagi 1418 lulusan program sarjana, program magister dan program doktor di Sentul International Convention Center (SICC) pada Rabu (7/6/2023). Wisuda dengan tema “Membangun Riset dan Pengabdian Menuju Unkris yang Unggul” tersebut merupakan wisuda program sarjana ke-62, program magister ke-26 dan program dkctor ke-10.

Prosesi wisuda tersebut diantar dengan orasi ilmiah Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang merupakan salah satu alumni Unkris program sarjana. Orasi ilmiah berjudul “Membangun Riset dan Pengabdian Menuju Unkris Unggul Melalui Penguatan Karakter Kebangsaan Indonesia dalam Tridarma Perguruan Tinggi” disampaikan Jend TNI Dudung melalui rekaman video.

Ikut hadir Ketua Senat Unkris Prof Gayus Lumbuun, Ketua Yayasan Unkris Amir Karyatin dan jajarannya, Rektor dan jajarannya, serta Plt Kepala LLDIKTI wilayah 3 Dr. Lukman, ST.

Dalam orasi ilmiahnya, Kasad Dudung mengatakan bahwa wisuda merupakan suatu langkah awal bagi para wisudawan untuk memasuki gerbang pengabdian yang baru dalam melaksanakan tridarma Perguruan Tinggi, salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat luas. Karena itu para wisudawan hendaknya menyiapkan diri dengan sebaik mungkin, berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari Unkris.

“Bekal yang didapat selama Anda kuliah, dapat dikembangkan secara lebih maksimal agar memiliki nilai tambah, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi yang lebih penting lagi adalah mendorong kemajuan bangsa,” kata Kasad.

Ia mengingatkan bahwa sebagai lulusan perguruan tinggi, alumni Unkris merupakan bagian dari generasi pemikir, di mana kelompok generasi ini menjadi pilar penting dan memiliki peranan besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan kontribusi aktif para cendekiawan yang digadang-gadang sebagai agen perubagan (agent of change).

Diakui Kasad, saat ini pada tataran global pendidikan memiliki peran yang signifikan untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Karena itu menjadikan SDM Indonesia lebih berkualitas merupakan kunci penting untuk bisa memenangkan kompetisi atau persaingan di tingkat global.

Ia juga mengingatkan perubahan gaya hidup akibat globalisasi, asimilasi dan terpaan budaya asing yang terus menerus berdampak pada menurunnya kesadaran sebagian masyarakat akan jati diri bangsa Indonesia yakni Pancasila. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar sesama misalnya, jika dibiarkan terus pada akhirnya dapat menimbulkan ekses tidak peduli dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Pengaruh globalisasi terhadap nilai nasionalisme sangat terasa bahkan mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran sehingga tidak menutup kemungkinan rasa nasionalisme warga negara akan runtuh, sikap dan pandangan terhadap ideologi Pancasila akan berubah,” tegasnya.

Upaya membendung ekses negative dari pengaruh globalisasi tersebut menurut Kasad, bidang akademik memiliki peran yang vital dan sangat penting. Melalui bidang akademik, pengaruh globalisasi bisa dibendung dengan cara revitalisasi wawasan dan karakter kebangsaaan di lingkungan perguruan tinggi.

“Revitalisasi karakter kebangsaan bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain mengintegrasikan pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan ke dalam kurikulum Pendidikan Tinggi termasuk jenjang pendidikan di bawahnya, memasukkan pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan ke dalam pelatihan pegawai universitas baik tenaga kependidikan maupun non kependidikan, mengintensifkan upaya diseminasi pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan melibatkan dosen, tokoh masyarakat dan tokoh agama,” tukasnya.

Sementara itu Ketua Senat Unkris Prof Gayus Lumbuun mengatakan lulusan perguruan tinggi perlu melakukan perubahan paradigma berpikir. Apabila sebelum era digital, untuk menjadi pemenang hanya perlu lebih efisien dan produktif, maka pada era sekarang perlu diperkuat dengan inovasi, kreativitas, serta enterpreneurship.

Karena itu, Prof Gayus meminta agar para lulusan Unkris untuk tetap menjadi manusia pembelajar. Kegiatan belajar tidak lagi berlangsung di ruang kelas, tetapi belajar dari ruang kerja yang nyata di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam era disrupsi saat ini, menurut Prof Gayus, para sarjana harus terus mengembangkan soft skill yang sangat strategis seperti kemampuan membangun jaringan (networking) dengan berbagai pihak, kemampuan penyesuaian diri untuk bekerja dan berpikir interdisipliner, kebiasaan membagi data dan informasi sebab data dan informasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang memiliki peran yang sangat penting, baik dalam tugas-tugas di pemerintahan maupun di sektor swasta/usaha.

Sebelumnya Rektor Unkris Ayub Muktiono dalam sambutannya mengatakan Unkris melalui Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) berusaha meningkatkan kegiatan penelitian bagi dosen-dosen sebagai upaya memacu para dosen untuk melakukan penelitian tidak hanya dalam rangka meningkatkan kapasitas individual sebagai akademisi tetapi juga membawa Unkris lebih melangkah ke depan.

“Di samping memberikan wawasan, pembekalan pemikiran dosen sebagai seorang peneliti, dengan harapan dosen-dosen Unkris dapat bersaing dalam kompetisi hibah penelitian. Unkris melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat juga telah melakukan berbagai kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berbasis Indikator Kinerja Utama (IKU),” tandas Rektor.

Ketua Penyelenggara Wisuda Dr Parbuntian Sinaga mengatakan wisuda kali ini diikuti 1.418 wisudawan yang terdiri atas 1.193 orang program sarjana, 219 orang program magister dan 6 orang program doktor.
sumber : JAKARTA, HARIANTERBIT.CO

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *